7. Abdurrahman bin ‘Auf.
Rasulullah bersabda “Bahwa harta yang baik itu alangkah nikmatnya ada juga pada hamba yang baik.”
Sosok Abdurahman bin ‘Auf merupakan sosok yang terkenal dengan sedekah yang tak perhitungan dari hartanya yang berlimpah ruah. Bersama dengan Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan Saad bin Abi Waqqash merupakan sahabat yang dicalonkan menjadi khilafah sepeninggal Umar bin Khattab. Kehebatannya dalam urusan perniagaan membuatnya dekat dengan para saudagar kaya di Jazirah Arab, salah satunya adalah Abu Bakar ash Shiddiq dan melalui pintu inilah beliau menerima pintu hidayah masuk Islam.
Mendapati banyaknya kaum muslimin disiksa oleh kaum Quraisy, beliau mendapatkan perintah dari Rasulullah Muhammad untuk berhijrah bersama umat muslim lainnya ke Habasyah dan Madinah. Meskipun beliau merupakan saudagar yang kaya raya pada saat itu, namun tak serta merta melunturkan ketaatanya terhadap perintah Rasulullah untuk berhijrah dari Mekkah ke Habasyah dan Madinah bersama umat muslim lainnya dan meninggalkan hasil perniagaannya di Mekkah. Harta yang beliau bawa hanyalah baju yang menempel pada sekujur tubuhnya untuk menutupi auratnya. Segala sesuatu yang ditinggalkan karena Allah, akan Allah ganti lebih baik dari yang ditinggalkannya.
Di Madinah, oleh Rasulullah beliau dipertemukan dengan Sa’ad bin Robbi, seorang saudagar kaya Kaum Anshor. Beliau ditawari kebun kurma yang luas, rumah, beserta harta lainnya namun secara halus beliau menolak itikad baik sahabatnya tersebut dan lebih memilih untuk ditunjukannya dimana lokasi pasar karena beliau berucap bahwa sesungguhnya beliau adalah seorang pedagang. Dari yang tidak memiliki apa-apa, lambat laun beliau kembali Allah mudahkan urusan perniagaanya sehingga menjadi saudagar yang kaya raya pada saat itu. Dalam sebuah riwayat, beliau datang menghampiri Ummu Salamah Ummul Mu’minin dan bercerita tentang kegelisahannya tentang kelebihan hartanya, kenapa beliau ditakdirkan menjadi orang yang kaya, “Ya Umma, aku ini sangat kaya. Aku khawatir kekayaan ini menghancurkanku.” Lalu Ummu Salamah Ummul Mu’minin pun menjawab, “Nak, Infaqkan hartamu.” Karena hal tersebutlah yang membuat Abdurahman bin ‘Auf menginfaqkan seluruh hartanya kepada umat muslim di Kota Madinah ,hingga semua orang menerima infaqnya dan merasakan hartanya. Sampai-sampai sebagian umat muslim Madinah pada saat itu menginginkan agar Abdurahman bin ‘Auf menjadi khalifah selanjutnya. Namun beliau langsung menjawab hal tersebut dengan berkata, “Demi Allah jika ada pisau tertancap dileherku kemudian menembus dileher berikutnya, itu lebih aku sukai daripada aku harus menerima jabatan tersebut.”
Ketika Rasulullah menyerukan Jihad pun, Abdurahman bin ‘Auf langsung memenuhi panggilan tersebut. Beliau tak segan mengeluarkan hartanya dalam jumlah besar demi jalan Allah. Ribuan Kuda dan Unta beliau dermakan untuk kepentingan Jihad fii Sabilillah.
Peringatan bagi kita yang masih hidup, bahwa ternyata sumber besar kehancuran negeri berada pada orang-orang yang hidup mewah dan menjadi penyebab kefasikan, dalam QS. Al Isra (17) : 16, Allah memperingatkan, “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mentaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).”
8. Sa’ad bin Abi Waqqash. Sang Pemilik Do’a Mustajab.
Ketika Rasulullah ﷺ sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, beliau memuji dan mencandai Saad dengan mengatakan,
هَذَا خَالِي فَلْيُرِنِي امْرُؤٌ خَالَهُ
“Ini pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku.” (HR. al-Hakim 6113 dan at-Tirmidzi 3752. At-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan).
Secara Nasab, Sa’ad bin Abi Waqqash memiliki Ayah yang bernama Malik. Beliau adalah anak paman Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah ﷺ. Malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Sehingga nasab Saad termasuk nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi ﷺ. Sa’ad memeluk agama Islam pada usia yang masih belia 17 tahun. Bersamaan dengan Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam mereka merupakan para pemuda Mekkah yang memeluk agama islam setelah di dakwahi oleh Abu Bakar ash Shiddiq.
Bukan tanpa cobaan, Sa’ad yang kala itu telah memilih jalannya sendiri untuk memeluk agama islam, mendapat pertentangandari Sang Ibunda yang dia sayangi. Sang Ibunda menginginkan Sa’ad tetap berada pada lingkungan Jahiliyah dengan menyembah apa yang para nenek moyangnya sembah. Setali dua uang, Ibunya melancarkan aksi mogok makan dan minum demi menarik simpati putranya tersebut. Ketika kondisinya semakin kritis, bukan Sa’ad yang menjadi luluh imannya justru menjadi semakin teguh. Beliau pun berkata, “Wahai Ibu, demi Allah, seandainya ibu mempunyai 100 nyawa. Lalu satu per satu nyawa itu binasa. Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun. Makanlah wahai Ibu, jika ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”. Dihadapan Ibu dan keluarganya, Sa’ad dengan yakin dan berani mengatakan hal tersebut dan tiada yang menyangsikan bahwa Allah dan Rasul itu berada di atas segalanya. Berkaitan dengan persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Saad bin Abi Waqqash.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: Luqman (31) : 15).
Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan sahabat yang memilik dua senjata ampuh yang berkat rahmat dan ridho Allah SWT kedua hal tersebut akan selalu membimbing Sa’ad dalam kemenangan di setiap kancah peperangan, yaitu Panah dan Do’a. Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan orang pertama dalam Islam yang melemparkan busur anak panah di jalan Allah. Keistimewaan lain dari Sa’ad bin Abi Waqqash adalah beliau merupakan satu-satunya sahabat Rasulullah yang mana Rasulullah pun menyebutkan kata “tebusan” untuknya dalam Perang Uhud. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah ﷺ menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad. Sungguh dalam Perang Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan,
اِرْمِ سَعْدُ … فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ
“Panahlah, wahai Saad. Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.” ( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).
Peperangan besar yang pernah ia pimpin adalah Perang Qadisiyah. Sebuah perang legendaris antara bangsa Arab Islam melawan Majusi Persia. 3000 pasukan kaum muslimin beradapan dengan 100.000 lebih pasukan negara adidaya Persia bersenjata lengkap. Prajurit Persia dipimpin oleh palingma mereka yang bernama Rustum. Melaui Saad lah, Allah memberi kemanangan kepada kaum muslimin atas negara adidaya Persia.
Masih bersinggungan dengan Kisah Wafatnya Khalifah kedua Umat bin Khattab, Sa’ad merupakan satu dari enam sahabat yang dicalonkan untuk menjadi Khalifah ketiga selepas Umar bin Khattab wafat. Umar berkata, “Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.
Sumber :
Channel Youtube Khalid Basalamah Official
Channel Youtube Inspira Studio
Tautan Kisahmuslim.com