MOSKVA, 22/1 (Beritalangitan.com) – Presiden Rusia Vladimir Putin memastikan pintu Rusia akan selalu terbuka lebar bagi para pengungsi Yahudi.
Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Putin dalam acara pertemuan dengan Kongres Yahudi Eropa di Kremlin, menanggapi pasangnya gerakan anti-Semitisme di Eropa dan kefanatikan barat terhadap kaum Yahudi.
“Mereka (orang Yahudi) harus datang ke sini, ke Rusia. Kami siap menerima mereka dengan baik,” ujar Putin, seperti disitat dari okezone dari Washington Post, Kamis (21/1/2016).
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Kongres Yahudi Eropa, Viatcheslav Moshe Kantor menjelaskan secara rinci kepada Putin bagaimana hebatnya gerakan anti-semit itu bergulir di Eropa. Kebencian itu meningkat sebanyak 40 persen dalam waktu tiga tahun terakhir. Akibatnya, para Yahudi tidak bisa berjalan-jalan dengan aman di Benua Biru.
Moshe mengaku sempat terkejut dengan tawaran terbuka dari orang nomor satu di Negeri Beruang Merah. Namun Putin sekali lagi meyakinkan perwakilan organisasi internasional yang berpusat di Paris itu bahwa sudah saatnya para Yahudi kembali ke Rusia, setelah lama meninggalkan Uni Soviet.
Sedikitnya 10 ribu orang Yahudi dari Eropa Barat bermigrasi ke Israel pada tahun 2015. Sebagian besar berasal dari Perancis, yang merupakan rumah bagi populasi Yahudi terbesar di Eropa. Sebuah serangan parang brutal pekan lalu pada guru agama Yahudi di kota Marseille memicu kekhawatiran tentang keamanan Yahudi memakai kippa, atau kupluk, di depan umum.
Rusia, tentu saja, memiliki sejarah panjang dan mengerikan tersendiri terkait kefanatikan anti-Semit dan pogrom, serangan penuh kekerasan dalam sejarah Rusia terhadap umat Yahudi yang diikuti dengan perusakan lingkungan tinggal atau rumah mereka.
Setelah Uni Soviet runtuh, ratusan ribu orang Yahudi Soviet menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri. Antara tahun 1989 dan 2006, menurut Russia Today, terdapat 1,6 juta orang Yahudi Soviet memilih untuk pindah ke Israel. Sementara 325 ribu lainnya bermigrasi ke Amerika Serikat, dan lebih dari 219 ribu mengungsi ke Jerman. (zb)