Beritalangitan.com – PONDOK pesantren Assalam, Bangilan, Tuban, ternyata bukan sekadar pondok tempat santri belajar dan mengaji. Sistem mengajar dan pendidikan menjadi utama di sini. Berkunjung ke pondok itu, terasa sungguh kedisplinan dan keteraturan berjalan baik dan tepat waktu.
Lihat saja keunikan dalam pesantren ini. Utamanya dari cara santri berjalan. Ternyata cara berjalan saja juga diajarkan di sini. Berjalan cepat, tanpa berisik, tanpa harus menyeret sandal.
Dan organisasi santri pondok pesantren Assalam atau OSPA yang mirip dengan OSIS di sekolah umum, yang memiliki sejumlah seksi, bertanggungjawab terhadap tata tertib aturan di pesantren ini. Tugas mereka memang mirip polwansus, polisi wanita khusus di sini.
Salah satunya seksi olahraga. Seksi inilah yang biasa mengatur dan mengawasi cara berjalan santri. Pada hari libur yakni hari jumat, sebelum para santri berolahraga bersama seksi olahraga sudah standby di tempat tugas.
Seperti di depan kamar, depan kamar mandi, depan kantin, dan lain sebagainya. Mereka berdiri dengan membawa tongkat setinggi pusar sebagai media mendisiplinkan gerak langkah para santri menuju lapangan olahraga.
Dengan adanya seksi olahraga dari OSPA ini, para santri akan merasa terawasi dan mempercepat gerak mereka. Selain itu, para santri juga berusaha tak terlambat hadir di lapangan olahraga.
Saat olahraga dimulai, beberapa barisan paling depan mendapat tugas menghitung gerakan tiap-tiap gerak olahraga santri. Dengan suara lantang seperti komando upacara hitungan dimulai. Dari angka satu hingga delapan yang biasa mereka ganti dengan kata cukup, akan terdengar seperti latihan para polwan dalam asrama.
Gerakan tiap badan pastilah berbeda dan tiap-tiap dari gerakan itu wajib dilaksanakan dengan penuh tenaga. Mereka yang tak serius melakukan gerakan olahraga, akan diberi sanksi. Ada yang melakukan olahraga ulang di lapangan, ada pula yang seketika itu diminta maju ke depan oleh anggota seksi olahraga OSPA.
Tak hanya dalam olahraga, keseharian mereka seperti antre makan, antre mandi, juga antre mencuci, terlaksana dengan rapi dan disiplin.
Keunikan lainnya, ketika melihat banyaknya santri berjalan seperti tentara dengan membawa buku kemana pun mereka pergi. Ketika ditanya, jawaban mereka hanya satu, yakni mereka tidak ingin kosong alias tak mengizinkan sedikitpun waktu yang ada dengan mengganggur. (sae/nsr)
Oleh : Ninda Sintyah Rachmawati
Mahasiswi IKIP PGRI Bojonei goro