Oleh : S. Guntoro
Disamping mendorong pertumbuhan ekonomi, industrialisasi juga menyebabkan produksi GRK (Gas Rumah Kaca) meningkat pesat. Akibatnya muncul fenomena Pemanasan Global. Pemanasan global menyababkan es di kutub mencair, sehingga permukaan air laut naik yang berakibat tenggelamnya pulau-pulau kecil dan hancurnya infrastruktur di beberapa daerah.
Dampak global yang amat ditakutkan oleh masyarakat dunia dari Pemanasan Global adalah “Perubahan Iklim”, yang berakibat pada pergeseran musim dan perubahan musim yang tidak menentu serta anomali iklim (el nino dan lainnya).
Musim hujan semakin pendek tetapi dengan intensitas yang tinggi, sehingga dibanyak tempat mengalami banjir bandang, sementara musim kemarau semakin panjang, sehingga di banyak tempat mengalami kekeringan dan devisit air. Perubahan iklim yang ekstrem juga banyak menimbulkan badai dan angin puting beliung.
Berbagai pertemuan tingkat tinggi (internasional) pun telah banyak digelar untuk mengatasi prubahan iklim. Namun hingga kini belum ada kesepakatan dari masing-masing negara berapa persen bersedia menurunkan emisi GRK nya. Semua punya alasan klasik, yakni karena tuntutan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Di tengah ketidak jelasan cara menekan emisi GRK (Gas Rumah Kaca), setidaknya, masing-masing negara berupaya mengurangi deforestri atau menekan penebangan pohon, dan akan lebih baik lagi jika dapat memperluas reboisasi, untuk memperbesar kapasitas penambatan GRK, melalui gerakan massif penanaman pohon justru yang terjadi sebaliknya, emisi GRK di setiap negara semakin meningkat karena pengembangan industri karena tuntutan ekonomi. Di pihak lain, penebangan hutan juga makin menggila dengan alasan tuntutan ekonomi dan kenyamanan hidup.
Banyak pohon ditebang untuk pembangunan rumah serta indutri furniture. Kedua kebutuhan tersebut sulit dihindari dan tidak terlalu boros karena umur bangunan dan furniter bisa belasan tahun (bersambung)