Catatan Kecil Liku-Liku Santri Miftahul Huda Manonjaya dan Barakatul Huda Manonjaya

0
2805

Tasikmalaya, 1/4 (beritalangitan.com) – Menjabat sebaga Ketua Rohis Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya adalah amanat  yang di emban oleh Cece Sutisna saat ini, leaki asal Kecamatan Ciawi Tasikmalaya ini kini memang dalam masa pengabdian di pesantren terbesar di Jawa Barat itu.

Adalah sebuah tradisi di sebuah Pondok Pesantren apabila seorang santrinya telah menyelesaikan jenjang pendidikan Ibtida, Tsanawi  dan Ma’ad Ali, mereka di tuntut untuk mengabdikan diri di pesantren tersebut selama kurang lebih dua tahun.

Bagi sosok Cece Sutisna Masa pengabdian itu di jadikan sebagai pembuktian dan ujian baginya, sehingga apabila nanti dia keluar untuk bermukim di tempat baru dia sudah benar-benar teruji dan siap untuk mengamalkan ilmu yang didapatkan selama sebelas tahun di sana.

Bukan hal yang mudah bagi Cece untuk bisa bertahan sampai dengan hari ini di pesantren itu, banyak sekali hal-hal yang menjadi godaan dan rintangannya, seperti misalnya ajakan dari kawan-kawannya untuk bekerja dan lain sebagainya, jika bukan karena niat dan keinginan yang kuat untuk tetap meneruskan belajar  di sana tentunya dirinya sudah tak lagi berada di pesantren ini, demi mengejar cita-citanya kelak mengajarkan kembali ilmunya kepada orang lain.

Keinginan mengajarkan kembali ilmu Itulah hal yang menjadi sebuah motivasi besar baginya sehingga dia masih tetap berada di sana sampai saat ini, tinggal menunggu waktu bagi Cece untuk dimukimkan oleh pihak pondok pesantren

IVAN EFENDI KETUA ROHIS BARAKATUL HUDA MANONJAYA

ivan

Sudah 9 tahun Ivan Efendi mondok di pompes Barkatul Huda yang berdomisili di kampung Cihanyang Pasirpanjang Manonjaya, anak dari pasangan bapa Mamat dan Ibu Eroh ini dipercaya menjadi Ro’is di Ponpes tersebut, inilah hasil ketekunannya selama bertahun-tahun dirinya menyelesaikan  pendidikan kepesantrenan dari mulai tingkat Ibtida, Tsanawi dan mahad Aly.

Tugas kesehariannya adalah mengurus seluruh persoalan santriwan-santriwati yang berjumlah 209 orang santri, meski dengan latar belakang keluarga petani orang tuanya menginginkan ivan menjadi seorang ulama dengan dorongan kedua orang tuanya inilah Ivan  berangkat dari kampung halamannya untuk menuntut ilmu disini.

Tak jauh berbeda dengan perjuangan Cece di atas, Ivan pun melewati berbagai kesulitan dan rintangan yang tak mudah, namun berkat kegigihannya pulalah Ivan kini tinggal menunggu pihak Pesantren untuk mengutusnya membuka pesantren baru di tempat kelahirannya atau di tempat yang ditunjuk oleh gurunya.    (team beritalangitan.com)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.