CSIL: Umat Islam Harus Bangun Kepemimpinan Nubuwwah Pada Pilgub DKI 2017

0
1212
Seminar "Strategi Memenangkan Gubernur/Wakil Gubernur Muslim pada Pilkada 2017."

Jakarta, Beritalangitan.com – Pusat Kajian tentang Kepemimpinan Indonesia memiliki kepedulian terhadap proses kaderisasi dan kepemimpinan. Center Of Study For Indonesian Leadership (CSIL) sebagai organisasi juga memiliki tujuan untuk membangun kekuatan Islam ke depan.

“Dalam rangka itu diciptakan program-program dan mempersiapkan kader-kader pemimpin yang memiliki komitmen pada Islam dan ajaran Islam. CSIL berusaha membumikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Untuk menjalankan rencana besar itu dimulai dengan membangun kepemimpinan nubuwwah atau kenabian.”

Demikian disampaikan Direktur CSIL , Prof. Dr. Jawahir Thontowi, dalam diskusi politik ” Strategi Memenangkan Gubernur/Wakil Gubernur Muslim pada Pilkada 2017” di Gedung Balimuda Jl. Mampang Prapatan XIV no. 99 Jakarta Selatan, lansir Islampos, Kamis (21/7/2016).

Hadir dalam diskusi tersebut, Prijanto (mantan Wagub DKI Jakarta), Usamah Hisyam (Tokoh Parmusi dan praktisi media komunikasi massa), Ahmad Yani (mantan anggota DPRRI dari PPP), Marzuki (mantan Ketua DPR), Lily Wahid (mantan anggota DPR RI dari PKB), Munarman, KH. Muhammad Al Khaththath, dan sebagainya.

Lebih lanjut Jawahir Thontowi menjelaskan, terhadap posisi Jakarta yang saat ini dipegang oleh kepemimpinan non-muslim, memantik kekuatan umat Islam Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim. Jakarta sebagai pintu gerbang peradaban Indonesia semestinya memperlihatkan bahwa pemimpinnya adalah seorang muslim, tapi nyatanya tidak. Jakarta justru dipimpin oleh non-Islam. Inilah yang membuat kita prihatin.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pusat Kajian Kepemimpinan Indonesia atau Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL) yang didirikan para tokoh Islam ini bernaung di bawah Yayasan Waqaf Indonesia Mengabdi (YAQIN). Para tokoh dari berbagai latar belakang itu memiliki keprihatinan yang sama terkait nasib bangsa dan krisis kepemimpinan.

“Ini didorong oleh keprihatinan dari waktu ke waktu yang terus menjadi pekerjaan rumah umat Islam yang hampir tidak pernah terselesaikan. Dan kami sepakat pangkal permasalahan itu adalah kepemimpinan,” ujar Ketua Umum YAQIN, Hamim Thohari, pada acara peluncuran CSIL di Hotel Sofyan, Jakarta, Sabtu (04/06/2016).

Hamim mengatakan, sejak sebelum Indonesia merdeka umat Islam dinilai paling berdarah-darah dalam perjuangan. Termasuk ketika menjatuhkan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melakukan kudeta serta pada saat terjadinya reformasi.

“Tapi setelah merdeka, Orba (Orde Baru), dan reformasi berjalan, kita dibelakangkan. Persoalannya sangat jelas, karena kita belum sungguh-sungguh menyiapkan pemimpin,” jelasnya.

CSIL bertekad untuk lebih memfokuskan pada dua hal, yakni sebagai lembaga kajian dalam hal konstitusi dan kepemimpinan. “Visi CSIL adalah terwujudnya pemimpin Muslim ulul albab dan negarawan yang konsisten dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah, dalam berkhidmat di Negara Kesatuan Republik Indonesia demi kemaslahatan bangsa dan negara,” ucap Hamim.

Memikirkan masa depan bangsa berarti juga memikirkan kaum Muslimin. Sebab, sebagian besar bangsa Indonesia adalah umat Islam. Menyiapkan kepemimpinan adalah panggilan jihad dan ijtihad bagi eksistensi NKRI. (ah)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.