Beritalangitan.com – Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Allah swt menciptakan hati dan menjadikan kecendrungan cinta dan tujuan yang dapat menentramkannya hanya kepadaNya. Sesungguhnya setiap yang mencintai sesuatu, seperti makan, pakaian, penglihatan, pendengaran, dan perasaan, menunjukan bahwa hatinya mencari sesuatu selainnya, mencintai hal lain yang dia puja, menggantungkan diri padaNya, merasa tenang karenanya, dan memperhatikan hal lainnya yang sejenis. Cinta kepada Allah itu indah, bahkan itulah keindahan yang paling diinginkan oleh hati dan jiwa manusia. Lebih dari itu, hati manusia tidak mungkin merasa bahagia, tenang dan damai jika hati itu tidak mengenal, mencintai dan menghambakan diri kepada Allah semata.
Oleh karena itu, Allah swt berfirman :
“Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram”
Dalam hadis (qudsi) sahih yang diriwayatkan oleh ‘ Iyad bin Himar dari Nabi saw. Dari Allah SWT, Dia berfirman :
Sesungguhnya aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus, maka setan-setan kemudian menggelincirkan mereka apa yang Aku halalkan kepada mereka, dan menyuruh mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Mualim diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda,:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, seperti binatang melahirkan binatang dengan sempurna. Apakah kamu merasakan padanya ada yang buntung (ganjil)?
Kemudian Abu Hurairah berkata, “bacalah jika kamu kehendaki,
Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut firah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus.
Juga segala ketetapan hati untuk mencintai-Nya berupa sifat-sifat yang sempurna, maka Allahlah yang berhak atas kesempurnaan itu. Segala sesuatu selain Allah SWT yang dicintai adalah dari-Nya, Dialah yang berhak untuk dicintai dengan sempurna dan sebenar-benarnya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan, dan kebaikan bagi hati manusia kecuali (setelah) dia menjadikan Allah (sebagai) sembahannya satu-satunya, puncak dari tujuannya dan Zat yang paling dicintainya melebihi segala sesuatu (yang ada di dunia ini).
Allah menggambarkan agungnya keindahan ini yang menghiasi hati hamba-hamba-Nya yang beriman dengan iman yang sempurna, yaitu para Shahabat , Dia berfirman:
{وَلَكِنَّاللَّهَحَبَّبَإِلَيْكُمُالْأِيمَانَوَزَيَّنَهُفِيقُلُوبِكُمْوَكَرَّهَإِلَيْكُمُالْكُفْرَوَالْفُسُوقَوَالْعِصْيَانَأُولَئِكَهُمُالرَّاشِدُونَ}
“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah (seperti perhiasan) dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
Artinya : Allah Dialah memberikan taufik kepadamu sehingga kamu mencintai keimanan, serta Dia menjadikan rasa cinta kepada-Nya indah di dalam hatimu dan paling kamu cintai melebihi segala sesuatu yang ada di dunia ini, maka dengan itu kamu semakin bersemangat melakukan segala perbuatan yang menumbuhkan dan menyempurnakan imanmu kepada-Nya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Allah menjadikan hamba-hamba-Nya yang beriman cinta kepada keimanan, yaitu (dengan) menumbuhkan dalam hati mereka rasa cinta kepada-Nya…Maka dalam ayat ini Allah mejelaskan bahwa Dia menumbuhkan di dalam hati hamba-hamba-Nya yang beriman dua hal; rasa cinta kepada-Nya dan indahnya rasa cinta kepada-Nya, yang ini semakin memotivasi (mereka) untuk semakin mencintai-Nya, serta Dia menumbuhkan di dalam hati mereka kebencian terhadap hal-hal yang bertentangan dengan keimanan, yaitu kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.
Dalam hadits yang shahih, Rasulullah berdoa kepada Allah memohon keindahan ini:
« اللَّهُمَّزَيِّنَّابِزِينَةِالْإِيمَانِوَاجْعَلْنَاهُدَاةًمُهْتَدِينَ »
“Ya Allah, hiasilah (diri) kami dengan perhiasan (keindahan) iman, serta jadikanlah kami sebagai orang-orang yang (selalu) mendapat petunjuk (dari-Mu) dan memberi petnjuk (kepada orang lain). Allah Maha Indah serta Maha Mencintai dan dicintai hamba-hamba-Nya yang shaleh
Untuk memahami indahnya cinta kepada Allah , yang keindahan ini dianugerahkan-Nya kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya, maka marilah kita pahami dan renungkan dua nama Allah yang termasuk al-Asma-ul husna (nama-nama Allah yang maha indah), yaitu nama-Nya al-Jamiil (Yang Maha Indah) dan al-Waduud (Yang Maha Mencintai dan dicintai hamba-hamba-Nya yang shaleh).
1- Nama Allah al-Jamiil artinya: Allah Maha Indah semua perbuatan-Nya dan Maha Sempurna semua sifat-Nya.
Nama Allah ini menunjukkan sempurnanya keindahan Allah pada semua nama, sifat, zat dan perbuatan-Nya.
Sempurnanya keindahan inilah yang menjadikan seorang hamba yang mengenal Allah akan mencintai-Nya dan menjadikan kecintaan tersebut sebagai keindahan yang paling didambakan oleh hatinya melebihi segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama-Nya (Yang Maha Indah), sifat-sifat-Nya (Yang Maha Sempurna) dan perbuatan-perbuatan-Nya Yang Maha Agung) maka dia pasti akan mencintai-Nya.
Di tempat lain, beliau berkata: “Kecintaan itu memiliki dua (sebab) yang membangkitkannya, (yaitu) keindahan dan pengagungan, dan Allah memiliki kesempurnaan yang mutlak pada semua itu, karena Dia Maha Indah dan mencintai keindahan, bahkan semua keindahan adalah milik-Nya, dan semua pengagungan (bersumber) dari-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang berhak untuk dicintai dari semua segi karena zatnya kecuali Allah .
2- Nama Allah al-Waduud artinya: Allah Maha Mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan merekapun mencintai-Nya.
Imam Ibnul Katsir dan Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa nama Allah al-Waduud bisa berarti al-mauduud (yang dicintai), artinya Allah dicintai dalam hati para kekasih-Nya (hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya). Juga bisa berarti al-waadd (yang mencintai), artinya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang shaleh.
Maka makna al-Waduud adalah bahwa Allah mencintai para Nabi dan Rasul-Nya, serta orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dan merekapun mencintai-Nya. Bahkan mereka mencintai-Nya lebih dari segala sesuatu (yang ada di dunia), sehingga hati mereka dipenuhi dengan kecintaan kepada-Nya, lidah mereka selalu mengucapkan pujian/sanjungan bagi-Nya dan jiwa mereka selalu tertuju kepada-Nya dalam kecintaan, keikhlasan dan kembali kepada-Nya dalam semua keadaan.
Bahkan kandungan makna nama-Nya yang maha indah ini menunjukkan bahwa Allah menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mencintai-Nya, karena kecintaan kepada-Nya adalah sumber kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan yang hakiki bagi jiwa manusia.
Dia mengajak hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dan menjadikan-Nya lebih mereka cintai dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, karena semua sebab yang memotivasi manusia untuk mencintai sesuatu di dunia ini, maka Allah memiliki semua itu secara sempurna, bahkan kemahasempurnaan-Nya melebihi semua kesempurnaan yang bisa dijangkau oleh pikiran manusia.
Rasulullah menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
لاأُحْصِيْثَنَاءًعَلَيْكَ،أَنْتَكَماأَثْنَيْتَعَلَىنَفْسِكَ
“(Ya Allah), aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu sendiri.
Maka oleh karena itu, Allah Dialah satu-satunya Zat yang berhak dicintai dan dipuji dengan sepenuh hati, ditinjau dari semua pertimbangan dan sudut pandang, serta Dialah semata-mata yang berhak untuk disembah dan diibadahi. (aw/fth)
Sumber : Mengenal gerak gerik kalbu ( Ibnu Taimiyyah )Kitab Igaatsatul lahfaan min ma / sha-yidisy syaithaan ( Ibnu Qayyim Al-jauziyah )