Jabir ibn Hayyan, Sang Sufi dan Bapak Ilmu Kimia

0
1042

Oleh: Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA

Sulit dibayangkan dalam era sekarang ada seorang ahli dan praktisi sufi, yang hidupnya identik dengan kehidupan kontemplatif tetapi pada sisi lain aktif mendalami hal-hal yang sangat rigit, mengurai dan meramu zat-zat kimia. Akan tetapi dalam kenyataan, Jabir ibn Hayyan yang dianggap oleh oleh Priesly dan Lavoiser sebagai peletak dasar ilmu-ilmu kimia. Bahkan ia dinobatkan oleh sejarawan Priestly Sarton dalam buku monumentalnya: Introduction to the History of Science, sebagai bapak ilmu kimia (The Father of Chemistry). Ketika dunia Barat samasekali buta tentang ilmu kimia, ia sudah mendirikan laboratorium kimia pertama di dunia. Ia adalah ilmuan Islam lebih awal mendahului Al-Kindi, Al-Khawarismi, Al-Razi, Al-Farabi, dan Ibn Sina.

Jabir ibn Hayyan yang bernama lengkap Abu Musa Jabir bin Hayyan Al-Shufiy Al-Azadiy, yang biasa disebut Al- Thusi atau Al-Kufi, dan dalam literature Barat sering disebut Geber, lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun721 dan wafat di Kufa, Bagdad, Iraq, tahun 815. Ia disebut pernah menjadi murid Imam Ja’far Ash-Shadiq, imam keenam Syi’ah. Ia juga dikenal sebagai seorang sufi sejati sebagaimana tergambar dalam salahsatu karyanya berjudul “Mukhtar Rasa’il”. Sumber-sumber lain juga menyebutnya ahli Fikih Mazhab Syi’ah Itsna’ ‘Asyariyyah. Di dunia Barat ia lebih dikenal sebagai penemu dan peletak dasar ilmu kimia. Dalam berbagai Ensiklopodia Barat juga disebut sebagai ahli astronomi (astronomer), ahli astrologi (astrologer), innsinyur (engineer), ahli geografi (geographer), filosof (philosopher), ahli fisika (physicist), ahli farmasi (pharmacist), dan dokter (physician).

Di antara karya monumental Jabir ibn Hayyan ialah formulasi perbedaan antara alkimia dan kimia dan antara astronomi dan astrologi (Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan dibahas dalam artikel khusus). Ia menulis hasil percobaan, artikel, dan buku tidak kurang dari 3000 topik. 500 di antaranya risalah ilmiah tentang kimia yang sangat penting artinya dalam dunia keilmuan dan peradaban manusia. Ia juga mendirikan sejumlah laboratorium, bukan saja dalam bidang kimia tetapi juga dalam bidang fisika dan biologi. Di dunia Barat disebut The Jabirian corpus untuk keseluruhan sentral aktifitas Iabir ibn Hayyan. Di antara karya-karyanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Inggeris, Spanyol, Prancis, Belanda, Yunani, Jerman. Di antara karya yang paling populernya di Barat ialah: Book af The Composition of Alchemy, The Work of Geber, Sun of Perfection, book of Stone, dll.


Prestasi paling mencengangkan dari Jabir ibn Hayyan ialah meletakkan dasar-dasar metode riset kimia secara ilmiah dan eksperimental. Di dalam laboratorium yang ia dirikan memulai melakukan eksperimen sublimasi, kristalisasi, filtrasi, eksraksi, dan destilasi atu penyulingan. Kesemuanya itu dilakukan untuk memperoleh mineral dan logam murni dari berbagai campuran. Bahan baku yang bercampur dengan berbagai benda dan zat lain yang melekat dapat dipilah melalui laboratorium sehingga kemurnian logam bisa diperoleh. Sublimasi untuk memisahkan kandungan gas dari suatu zat padat, kristalisasi untuk memisahkan suatu zat dari larutan campuran dengan mengubahnya menjadi partikel/zat padat, filtrasi untuk memisahkan zat-zat melalui perbedaan ukuran partikel, ekstraksi untuk mengambil suatu senyawa yang terkandung dalam suatu benda, seperti pemisahan alcohol dari campuran air alcohol, destilasi untuk memisahkan sesame zat cair dengan menggunakan perbedaan titik didih. Air dapat dijernihkan cukup dengan menggunakan proses pnyulingan. (Lihat, Husain Heriyanto, Penggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 182-185).

Jabir ibn Hayyan tidak pernah berhenti bereksperimen. Selain serangkaian riset sebagaimana dikemukakan terdahulu, ia juga terus melakukan riset-riset advance sebagai tindak lanjut dari hasil-hasil riset dasarnya. Jika kita membaca hasil-hasil risetnya, seperti Jabir ibn Hayyan masih hidup atau baru saja wafat, mengingat begitu canggih temuan-
temuannya. Sulit dibayangkan kalau Jabir ibn Hayyan yang kita bicarakan hasil-hasil risetnya dalam artikel ini sudah meninggal 1.198 atau lebih satu milenium lalu.

Ia pertama kali menemukan metode dan teknik pemurnian logam, yang diistilahkan sekarang dengan reduksi logam, pencipta teori karbonat pertama dalam sejarah, pertama kali dalam sejarah juga ditemukan arsen dan antimon dari senyawa-senyawa sulfida. Dari teori Jabir juga kita masih melanjutkan penempaan dan pengolahan biji emas yang bercampur dengan berbagai unsur non emas menjadi emas murni, demikian pula logam-logam lainnya.

Ia juga menemukan senyawa kimia seperti asam karbida, senyawa asam, senyawa basa, garam, cat, dan minyak. Ia juga melakukan sintesa dan senyawa berbagai unsur kemudian melahirkan unsur baru. Misalnya ia mencampur asam sulfat, soda pekat, dan asam nitrohidroklorida, yang dalam bahasa modern disebut aqua regia, untuk melebur logam-logam seperti platina dan emas. Ia juga membuat etanol dan bermacam-macam garam, seperti sulfat, nitrat,kalium, dan natrium karbonat.
Peralatan dan laboratorium kimia Jabir Ibn Hayyan masih banyak ditiru sampai sekarang, seperti spektometer massa untuk mengubah atom dan molekul menjadi ion,
kemudian didefinisikannya menurut bobot massa yang berbeda. Ia juga merintis penggunaan neraca halus untuk menimbang unsur dan senyawa yang akan digunakan dalam eksperimen berbagai reaksi kimia di laboratorium. Ia juga menyumbangkan berbagai teori tentang penguapan, persenyawaan, pembutiran, pelelehan, dan sublimasi. Di antara teorinya yang paling popular ialah sulphur-air raksa menjadi cikal bakal lahirnya teoru kimia modern, berupa teori asam-basa. Sifat-sifat sulphur merepresentasikan sifat-sifat senyawa asam, dan sifat-sifat raksa, yang merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair dalam suhu kamar, merepresentasikan sifat-sifat logam lainnya sebagai komponen utama senyawa basa.

Hal yang brilliant dalam pikiran Jabir ibn hayyan ialah interpretasi simbolik-kosmologis terhadap pasangan sulphur-air raksa merupakan asas aktif atau maskulin.
Sedangkan air raksa memanifestasikan asas pasif atau feminim. Selanjutnya reaksi senyawa asam dan basa membentuk garam, yang pada umumnya pH garam adalah netral, seimbang, tidak asam dan tidak basa. Inilah yang dimaksud Jabir ibn Hayyan dengan prose alkimia, yaitu proses perpaduan antara maskulin dan feminin yang menjamin kelangsungan makhluk biologis, khususnya manusia sebagai symbol makhluk mikrokosmos dan keseimbangan alam sebagai makhluk makrokosmos. Dengan demikian, aspek perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada manusia, juga ditemukan jenis kelamin yang sama di dalam alam makrokosmos. Subhanallah, jadi benar sekali kata Allah Swt: Likulli sayi’in khalaqna al-zaujain (segala sesuatu diciptakan Tuhan berpasang-pasangan). (Q.S. al-Dzariyat/51:49).

Dalam konteks lebih tinggi, dihubungkan dengan sifat-sifat Tuhan yang secara garis besar juga memiliki dua komponen, yaitu sifat-sifat maskulin(jalaliyyah) seperti Al-Jabbar, Al-Muntaqim, Al-Jalal, dan Al-Mutakabbir, dan sifat-sifat feminin, seperti Al-Rahman, Al-Rahim, Al-Lathif, Al-Jamal, dan Al-Halim. (Lihat, Husain Heriyanto, Penggali Nalar Saintifik
Peradaban Islam, h. 185-187).

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.