Kedaulatan Pangan, Kemandirian Energi dan Kearifan Nabi Yusuf (5)

0
417


Oleh; Suprio Guntoro

LANGKAH STRATEGIS
Ada 2 langkah besar dan briliyan yang dilakukan Nabi Yusuf dalam menghadapi paceklik panjang di negeri Mesir. Pertama, membangun kesadaran kolektif dan Kedua, mengintegrasikan seluruh “input”.

Keduanya bukanlah langkah yang mudah. Untuk dapat “membangun kesadaran kolektif”, seorang pejabat mestilah memiliki Kapabilitas dan Kredibilitas yang tinggi dimata rakyatnya. Seorang pejabat yang tersandung kasus korupsi akan sulit memperoleh kepercayaan rakyatnya. Sehingga kata-katanya tidak akan di dengar.

Hal yang sama juga terhadap para tokoh maupun pejabat yang terlibat dalam kasus perjudian, narkoba maupun perselingkuhan dan tindakan pelangaran moral lainnya. Mereka tidak memiiki kredibilitas lagi bagi rakyat, sehingga tidak akan mampu membangun “kesadaran kolektif” bangsanya.

Memang Yusuf pernah terlibat kasus dengan Zulaikha, istri pejabat tinggi Mesir. Namun posisi Yusuf tidak bersalah. Meski ia harus masuk penjara, seluruh rakyat Mesir tahu bahwa itu hanyalah rekayasa pihak istana untuk menutupi aibnya. Pada saat Yusuf dipenjara, banyak rakyat Mesir yang kecewa karena terusik rasa keadilannya. Namun mereka tidak bisa bekutik karena sistem pemerintahan yang monarki dan otoriter.

Rasa simpati dan cinta rakyat Mesir kepada Yusuf terpaksa tertahan di dada. Begitu Yusuf diangkat sebagai perdana Menteri dan bendaharawan negara, serta diberi tanggungjawab menghadapi ancaman paceklik yang bakal menyulitkan bangsa Mesir, menjadi momentum bagi rakyat Mesir untuk menunjukkan cinta dan empatinya kepada Yusuf.

Hal ini akhirnya menjadi modal bagi Yusuf untuk “membangun kesadaran kolektif” rakyatnya. Kasusnya dengan Zulaikha yang awalnya membuat diri Yusuf menderita akhirnya berubah menjadi hikmah tersembunyi bagi dirinya. Tentulah semua ini tidak terlepas dari kehendak Allah, yang Maha Kuasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah dalam al Qur’an Surat Yusuf, ayat 7.

“Sungguh dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yg bertanya”

MENGINTEGRASIKAN “INPUT”

Setelah berhasil “membangun kesadaran kolektif” langkah selanjutya Yusuf segera mengintegrasikan seluruh “input” yang ada di negerinya. Baik “input” di hulu, di tengah maupun di hilir.

Untuk dapat mengintegrasikan seluruh “input” dalam suatu negara bukanlah pekerjaan mudah. Karena seorang pemimpin yang mampu melakukannya mestilah mengetahui secara detail “input” apa saja yg dimiliki negara, fungsi dan kondisi masing-masing “input” serta hubungan satu dengan yang lain.

Mulai dari pemanfaatan air sungai Nil untuk intensifikasi budidaya gandum di musim basah, pembangunan lumbung-lumbung untuk menyimpan hasil, hingga penerapan budaya “hemat pangan” untuk memenuhi target stock bahan pangan. Dengan terintegrasinya “input” secara terencana dan didukung oleh sekuruh rakyat yang telah memiliki “kesadaran kolektif”, maka diperolehlah “out put” yang maksimal.

Hasilnya, bangsa Mesir memiliki cadangan pangan yang cukup dan aman, sehingga mampu melampui 7 tahun masa sulit dengan aman dan mudah. Bukan saja mampu menjaga kedaulatan pangan negeri Mesir semata, tapi bahkan mampu membantu masyarakat di negara-negara tetangganya (BERSAMBUNG).

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.