Klungkung Bali, Beritalangitan.com 2/5 – Kali ini tim lipsusus beritalangitan.com berkesempatan menyambangi sebuah pesantren di pulau Dewata Bali, sebuah pesantren dengan nama yang cukup menarik yaitu “Pondok Pesantren Diponegoro” yang beralamat di Jl. Gajah Mada klungkung Bali dan dipimpin oleh KH. Mustafid Amna ( 45 ) dengan dibantu 20 orang tenaga pengajar.

Pesantren Diponegoro berdiri pada tahun 1995, dengan notabene masyarakat disekitar pesantren adalah mayoritasnya non muslim, tetapi seiring waktu perlahan mulai banyak masyarakat muslim Bali yang menitipkan anaknya ke pesantren tersebut, tetapi setelah kejadian Bom Bali tahun 2003 mulailah ada reaksi dari pihak tertentu kepada pesantren, yang intinya pesantren mulai disudutkan dan dicibirkan, Tetapi dengan kesabaran dan keistiqomahan Mustafid dalam berdakwah pesantren Diponegoro tetap bisa eksis dan sekarang jumlah santrinya mencapai 130 orang.

Pondok pesantren Diponegoro adalah pusat kajian islam terpadu yang mendidik generasi Muslim selama tiga tahun melalui pendidikan formal sehingga siap menjadi intelektual Muslim yang sholeh dan solehah.
Inilah pondok pesantren dengan pola pendidikan yang berwawasan modern tetapi tetap mengkaji secara mendalam sumber otentik Islam yaitu Al-Qur’an, Al-Hadist, Fiqih, Tauhid, dan kitab kuning lainnya. Di pesantren ini santri dianjurkan bercakap dengan menggunakan dua Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, sebelum para santri dinyatakan lulus diwajibkan hapal Al-Qu’ran minimal 4 juz, disini para santri dianjurkan melaksanakan shalat Tahajud setiap malam, kegiatan mengaji para santri biasanya dimulai setelah subuh dan selepas magrib, selain itu, ada juga kegiatan menghapal Qur’an dan Hadist.

Sistem pengajaran di pesantren ini adalah perpaduan antara disiplin ilmu formal dengan kurikulum Pesantren, sehingga dengan perpaduan ini diharapkan dapat terwujudnya generasi Islam berpengetahuan global dengan keilmuan agama yang juga kokoh, berakhlak mulia, berwawasan luas terampil dan memiliki filter terhadap budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, serta diharapkan mampu menjadikan para santri agar memiliki kepribadian yang unggul, berilmu, mampu melaksanakan syariat islam sehingga dapat meraih ihsan.

“Yang susah itu adalah memelihara diri untuk tetap istiqomah dalam mendakwahkan Islam, tetapi dengan keyakinan yang kuat insyallah kita akan diberikan keistiqomahan oleh Allah, kita dituntut untuk menjadi Muslim yang berilmu agar bisa beribadah sesuai tuntunan Rasulullah Saw”, pungkas KH. Mustafid Amna mengakhiri pembicaraan. (tim lipsus beritalangitan.com)