Oleh : Suprio G.
Dalam Al-Qur’an Surat Ar- Rahman ayat 7 dan 8, Allah berfirman
“Dan langit telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan.”
“Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu”.
Pada awalnya, kaum rasionalis juga meragukan kebenaran ayat ini. Mereka mempertanyakan. Untuk apa manusia merusak keseimbangan langit, seperti yang di khawatirkan Allah. Dan bagaimana pula, manusia memiliki kemampuan merusak keseimbangan langit. Namun dengan makin pesatnya perkembangan industrialisasi, manusia modern, terutama kalangan akademisi semakin yakin bahwa budaya industri yang tidak terkendali menjadi penyebab utama rusaknya “Keseimbangan langit” (atmosfir) dengan munculnya fenomena “Efek rumah kaca” yang berlanjut dengan “pemanasan global” dan kini para ilmuwan semakin mencemaskan akan akan dampak dari “pemanasan global” yakni “Perubahan iklim”. Mereka yang semula menentang kebenaran Al-Qur’an, termasuk kaum rasionalisme, lantas mereka diam seribu bahasa, ketika memaklumi data-data yang menunjukkan kian rusaknya keseimbangan langit akan kebenaran dalam Al-Qur’an tersebut.
Karena itu, dibalik adanya ancaman global dari fenomena “perubahan iklim”, sangat boleh jadi fenomena “Perubahan iklim” bisa menjadi salah satu “Pintu cahaya Islam” dalam abad 21 ini. Mari kita focus ke “Keseimbangan langit”. Atmosfir menurut para ilmuwan, dalam keadaan seimbang (normal), berisi beberapa jenis gas dengan komposisi sebagai berikut, Nirogen (N) 82%, Oksigen (02) 16% dan gas- gas lainnya, maksimum 2%.
Jadi di dalam atmosfir (lapisan udara terdekat dengan permukaan bumi) mengandung gas dengan komposisi terbanyak adalah N (nitrogen). Nitrogen merupakan bahan utama penyusun protein. Protein adalah nutrisi yang amat diperlukan oleh manusia atau hewan untuk tumbuh dan berkembangbiak. Jadi tanpa adanya NITROGEN, tidak akan terbentuk protein dan tanpa adanya protein, manusia dan seluruh hewan penghuni bumi tidak akan bisa tumbuh dan berkembangbiak, bahkan lama – kelamaan akan punah.
Sementara Nitrogen berada jauh di atas permukaan bumi, yakni di langit (atmosfir). Sehingga manusia, apalagi hewan tidak ada yang sanggup menangkapnya. Demi menjaga keberlangsungan hidup manusia dan hewan di bumi, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkenan menciptakan petir. Petir inilah yang memiliki kemampuan untuk merontokkan (menjatuhkan) nitrogen dari langit (atmosfir) ke permukaan bumi.
Terkait dengan petir ini, Allah dalam Surat Ar- Ra’d 13 : 12, berfirman sebagai berikut
“Dia yang memperlihatkan kilat kepada kamu, menimbulkan ketakutan dan harapan dan Dia menjadikan mendung”
Jadi keberadaan petir dengan ledakannya yang menimbulkan suara dahsyat dan bergemuruh, menimbulkan rasa takut bagi manusia. Tapi di balik itu, petir juga menimbulkan harapan bagi manusia, karena mampu menjatuhkan nitrogen. Sebagai bahan baku utama makanan paling penting bagi manusia.
Cahaya petir yang menyilaukan dan bunyinya yang memekakkan telinga, menyebabkan siapapun merasa takut padanya. Namun ada hikmah dibalik rasa ketakutan manusia dengan adanya petir. Antara lain, dengan rasa ketakutan itu, manusia menjadi lebih ingat dan ta’jub pada kebesaran Allah yang Maha Pencipta, sehingga tidak menjadi sombong dan merasa kuat. Kedua, manusia bisa terdorong untuk memahami fenomena ini, sehingga giat berinovasi, untuk membuat teknologi atau peralatan untuk menangkal petir. Adanya petir, kita harus banyak bersyukur dan berterimakasih kepada Allah, karena petir disamping menakutkan juga memberi harapan bagi manusia, sebagaimana di firmankan Allah.
Bagaimanakah petir itu bisa terjadi. Petir atau halilintar merupakan fenomena alam yang biasanya muncul pada musim hujan. Munculnya petir ditandai dengan adanya kilatan cahaya yang menyilaukan yang disebut dengan kilat, kemudian disusul dengan dengan suara keras yang menggelegar, yang disebut guruh.. Perbedaan waktu antara kemunculan kilat yang kita lihat dengan bunyi guruh yang kita dengar, disebabkan oleh perbedaan antara kecepatan cahaya dengan kecepatan suara.
Petir bisa dianalogikan dengan kapasitor raksasa yakni komponen pasif dalam rangkaian listrik yang dapat menyimpan energi sesaat (energy storage). Dalam hal ini awan merupakan lempeng pertama yang bisa bersifat positip dan negatif, sedang lempeng kedua, adalah bumi yang bisa bersifat netral. Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi. Atau antara awan dengan dengan awan lainnya. Awan memiliki sifat bergerak terus menerus, dalam pergerakan nya akan berintetaksi dengan awan lainnya, sehingga menghasilkan muatan. Muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif akan berkumpul pada yg sebaliknya.
Bila terdapat perbedaan potensial awan dan bumi yang cukup besar maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elekron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai keseimbangan. Dari proses pembuangan muatan elektron ini, media yang dilalui adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara (Gosline, 2005). Karena pada saat musim hujan, udara lebih tinggi kadar airnya, menyebabkan daya isolasinya turun, sehingga listrik mudah mengalir. Itu sebabnya petir kebanyakan terjadi pada musim hujan.
Seperti yg dijelaskan dalam Surat Ar- Rad 12, bahwa kilat (cahaya petir) terkait dengan terciptanya mendung, yang dimaksud disini adalah awan tebal yang banyak mengandung air.
HARAPAN PADA PETIR
Peristiwa ledakan petir yang menimbulkan suara keras yang memekakkan telinga dan menimbulkan rasa ketakutan, ternyata juga memberikan “harapan”, sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Ar-Rad 12. Siapakah yang mendapatkan harapan dari petir tersebut? Tidak lain adalah mahluq yang ada di bumi. Terutama manusia, hewan dan tetumbuhan.
Karena ledakan petir disamping menimbulkan suara yang dahsyat, juga menimbulkan peristiwa ikutan, antara lain terhantarnya gas Nitrogen, yang semula berada di udara (atmosfir) hingga jatuh ke permukaan bumi. Rontoknya gas Nitrogen ke bumi, memberi harapan kepada mahluq di bumi untuk memperoleh bahan makanan bergizi yang amat mereka perlukan. Dari peristiwa ini kita sadar, betapa sayangnya Allah kepada kita. Tanpa repot-repot mengambilnya (memang kita tidak mampu mengambilnya).
Allah perintahkan petir untuk mengirimkan nitrogen ke permukaan bumi kita. Meski sudah sampai dibumi, manusia juga belum mampu memanfaatkan, nitrogen secara langsung. Setiap ledakan petir akan menghantarkan gas nitrogen ( N) ke permukaan bumi. Semakin tinggi frekwensi ledakan petir di suatu daerah, maka akan semakin banyak menghantarkan nirogen ke permukaan tanah. Di daerah beriklim trupis seperti Indonesia, memiliki frekwensi ledakan petir yg tinggi. Sehingga rata-rata setiap tahunnya dapat dihantarkan nitrogen ( N) ke permukaan tanah dalam setiap luasan per hektar, mencapai 10 kg nitrogen ( Lilik, S. 2015)) atau inalog dengan pupuk urea sekitar 50-60 kg. Sementara di luar daerah tropis ledakan petir lebih jarang, sehingga tanahnya tidak bisa sesubur di daerah Indonesia. Ini benar-benar karunia yg amat besar dari Allah yg harus kita syukuri.
Nitrogen yang jatuh akibat sambaran petir berbentuk senyawa yg disebut ” Nitrit” (N02). Senyawa ini amat sulit atau hampir tidak bisa diserap oleh akar tanaman. Akar tanaman hanya sanggup menyerap N dslam bentuk ” Nitrat” (NO3). Guna membantu tanaman agar bisa menyerap nitrogen untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maka Allah berkenan menciptakan mahluq yang disebut AZOTOBACTER, adalah sejenis mikroorganisme yg memiliki kemampuan yang menakjubkan. Mahluq ini mampu mengubah nitrit melalui proses oksidasi menjadi nitrat ( N03), sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Dalam tubuh tanaman nitrogen tersebut diubah menjadi protein untuk pertumbuhan batang, cabang dan daunnya.
Disamping itu, Azktobacter juga mampu menambat (mengikat) nitrogen bebas maupun dalam bentuk nitrit, serta mensitesa nitrogen tersebut menjadi protein. Oleh Azotobacter, protein tersebut akan digunakan untuk hal-hal berikut:
- Protein pertama, akan digunakan sendiri oleh Azotobacter untuk pertumbuhan dan reproduksi.
- Protein ke 2, berpa hormon yang disebut. AUKSIN. Hormon ini akan di sedekahkan kepada tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dan subur.
- Protein ke3, dalam bentuk hormon , namanya hormon GIBERILIN. Hormon inipun oleh AZOTOBACTER di sedekahkan untuk tanaman, agar immunitas tanaman menjadi lebih kuat, sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit
- Protein ke 4 juga dalam bentuk hormon, namanya SITOKENIN. Hormon inipun diberikan kepada tanaman, sehingga tanaman berbunga lebih banyak dan berbuah lebih lebat. Semuanya, akhirnya untuk manusia.
Bagaimanakah proses Azotobacter menambat nitrogen? Apakah mahluq ini memburu nitrogen, ataukah nitrogen yang mendekatinya. Ada teori yang menyatakan, secara progresif Azotobacter aktif “menjemput nirogen ke udara, tapi sebagian besar teori menyatakan bahwa Azotobacter bersifat pasif, jadi nirogenlah yang akan mendekati Azotobacter yang berada di bawah permukaan tanah.
Nitrogen yang jatuh di permukaan bumi, dengan bantuan air hujan akan terserap, masuk ke dalam tanah. Setelah nitrogen itu mendekat pada Azotobacter, lantas mahluq ini mengikat dengan enzyme yang namanya enzym nitrogenase. Setelah diikat kemudian diubah menjadi nitrat dan sebagian disintesa menjadi protein yang sebagian besar untuk tanaman.
Tahun 2005, saya melakukan penelitian dengan menampung air hujan di saat ada petir di tempat yang jauh dr permukaan tanah (dengan menaiki tangga yang tinggi). Hasil analisalaboratorium hampir tidak ditemukan Azotobacter (TpC kurang dr 10 pangkat 1, atau hampir 0). Berarti Azotobacter tetap tinggal di bawah pernukaan tanah. Nirogen akan mendatangi mengikuti aliran air. Sebagaimana makanan yang menghampiri MARYAM yang berada dalam “Mihrab”.
Kalau kaum Rasionalis menuntut logika dan fakta, logika dan fakta ini ada di alam raya. Tapi jangan menggunakan kacamata yang sempit. Gunakan kacamata dengan spektrum yang luas, yakni ECOSYSTEM.
Kembali ke pekerjaan AZOTOBACTER. Tanaman yang tumbuh dan berbuah karena dapat asupan protein atau nitrogen, buahnya bisa langsung dikonsumsi manusia. Ada sebagian tanaman yang hanya menghasilkan daun-daunan, seperti rerumputan dan semak. Ini akan dimakan oleh hewan ternak (ruminansia) dan dalam saluran pencernaan melalui proses yang panjang dan rumit, akan diubah menjadi daging, susu, kulit dan bulu ( wool), semuanya juga akan dikonsumsi dan dimanfaatkan oleh manusia.
Ada tanaman yang menghasilkan biji- bijian, Sebagian langsung dikonsumsi manusia dan sebagian akan dimakan oleh ternak unggas. Dalam saluran pencernaan unggas biji-bijian melalui proses yang amat rumit akan dihasilkan telur atau daging. Ini pun juga untuk manusia. Betapa Allah begitu memprioritaskan kepentingan manusia. Jika dengan sistem alam yang diciptakan, Allah sanggup menyiapkan makanan untuk penduduk bumi yang jumlahnya hampir 7 milyard. Apalagi, kalo hanya menyiapkan makanan buat Maryam seorang diri. Apa susahnya, tentu jauh lebih gampang. Maka benar firman Allah, orang yang tidak beriman pd Al-Qur’an itu orang yang “Kurang akal”.
Tapi perlu pula dimaklumi, banyak alternatif sistem atau proses yang ditempuh oleh Allah yang Maha Kuasa. Karena Maryam manusia istimewa, disebabkan dia amat taat dalam beribadah. Bisa jadi Allah juga berkenan menggunakan sistem yang Istimewa pula “mega sistem”. Artinya, sistem yang singkat dan cepat.
Misalnya Allah perintahkan Malaikat membawakan makan ke Mihrab untuk Maryam. Beres sudah. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, karena Allah Maha Kuasa, Maha Berkehendak. Namun dengan menelusuri mekanisme kerja suatu “Mega Sistem” yang amat besar dan pannjang, ini kita menjadi sadar dan paham, betapa Allah amat menyayangi mahluqnya yang bernama manusia, termasuk, mereka yang tidak beriman. Dengan begitu rumit dan panjang nya proses tersebut, pada akhirnya semua untuk memenuhi kebutuhan dan kenikmatan manusia.
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yg ada di bumi, untukmu……………. ( QS Al- Baqarah 2 : 28). Karena itu alangkah “kurang ajarnya” jika kita sampai tidak bersyukur kepada Allah. Alangkah “sombong” nya jika kita tidak mau menyisihkan waktu untuk mengingat dan bersujud kapadaNya. Mari kita selalu mengingat Allah dimanapun kita berada (TAMAT).