Sumber : Islamwiki 19:33
1. Sejarah Berdirinya Turki Usmani
Sejak zaman dahulu di sebelah barat gurun Gobi terdapat sebuah suku yang bernama Turki. Suku ini hidup secara nomaden. Pada saat perkembangan periode Islam, mereka dikalahkan oleh bangsa Tartar. Sehingga mereka pindah ke barat hingga di tepi Laut Tengah (kini dikenal dengan sebutan Anatolia). Di sebelah selatan daerah ini terdapat suku bangsa Arab. Mereka bersentuhan dengan masyarakat Arab yang telah beragama Islam. Dengan komunikasi tersebut mereka mulai memeluk agama Islam sekitar abad ke-9. Suku bangsa Turki tersebut ahli perang, pintar berdiplomasi, dan akhirnya dengan waktu yang relatif singkat menjadi sebuah kekuatan politik yang besar.
Bangsa Turki terbagi dalam berbagai suku. Diantara suku-suku tersebut, terdapat sebuah suku yang bernama suku Oghuz. Suku ini terbagi menjadi 24 sub-suku. Dari salah satu sub-suku tersebut lahirlah sultan pertama dinasti Turki Usmani, yakni Usman. Pada saat bangsa Mongol dan Kristen memerangi dunia Islam, bangsa Turki muncul sebagai pelindung Islam, bahkan mereka membawa panji Islam hingga ke tengah-tengah daratan Eropa.
2. Masa Pemerintahan Turki Usmani
a. Masa Pemerintahan Usman I (1290 – 1326 M)
Al-thugril meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya, Usman. Putera Al-thugril inilah yang dianggap sebagai pendiri
kerajaan Usmani. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan
Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium
yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk
Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun
menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.
Sejak itulah kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya
adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja
besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300M) setapak demi setapak wilayah
kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium
dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
b. Masa Pemerintahan Orkhan (726 H/1326M¬ – 761 H/1359M)
Pada masa pemerintahan Orkhan, Kerajaan Turki Usmani ini dapat
menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar
(1338M), Ankara (1354M), dan Gallipoli (1356M). Daerah ini adalah bagian
benua Eropa yang pertamakali diduduki kerajaan Usmani.
Faktor penting yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan
ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak
senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur
militer Usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama
setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda
kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai
pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan
tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan
perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam
bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan
perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai
anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini
ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut
pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat
mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan
memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non
muslim.
Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau
kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia
mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.

c. Masa Pemerintahan Murad I (761 H/1359 M -789 H/1389 M)
Ketika Murad I, pengganti Orkhan, berkuasa, selain memantapkan keamanan
dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat
menaklukkan Adrianopel (yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota
kerajaan yang baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah
bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan
ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan
sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini
dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria.
d. Masa Pemerintahan Bayazid I (1389 – 1403 M)
Sultan Bayazid I, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu
Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang
amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi
diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk
melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara
tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama
puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
e. Masa Pemerintahan Muhammad I (1403 -1421 M)
Kekalahan Bayazid di Ankara membawa akibat buruk bagi Turki Usmani.
Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman
Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan
kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid saling berebut
kekuasaan.
Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I dapat
mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan
mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol
dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-puteranya satu sama lain saling
berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga
terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan
Sulaiman).

f. Masa Pemerintahan Murad II (1421 – 1451 M)
Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad
berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama
kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar
keamanan dalam negeri.
Usahanya ini diteruskan oleh Murad II, sehingga Turki Usmani mencapai
puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad
al-Fatih.
g. Masa Pemerintahan Muhammad al-Fatih (1451 – 1484 M)
Sultan Muhammad al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukkan
Konstantinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstantinopel sebagai
benteng pertahanan terkuat Kerajaan Byzantium, lebih mudahlah arus
ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa.
h. Masa Pemerintahan Salim I (1512 – 1520 M)
Ketika Sultan Salim I naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur
dengan menaklukkan Persia, Syria dan dinasti Mamalik di Mesir.
i. Masa Pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M)
Usaha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni. Ia
tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat,
tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Usmani merupakan
obyek yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak,
Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian,
luas wilayah Turki usmani pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup
Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir,
Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,
Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
Kekuatan militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat
menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah
tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin,dan
patuh terhadap peraturan.Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka
warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya
jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas,
sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr
al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang
al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I
disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur,
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat
berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni.
Pada masa Sulaiman ini di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak
dibangun mesjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran
air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa buah dari bangunan itu
dibangun di bawah koordinator Sinan,seorang arsitek asal Anatolia.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki
Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan
tidak begitu menonjol.
Bangsa Turki juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur
Islam berupa bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti Masjid
Al-Muhammadi atau Mesjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung
Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub al-Anshari. Mesjid-mesjid tersebut dihiasi
pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu mesjid yang terkenal
dengan keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang asalnya gereja Aya
Sopia. Hiasan kaligrafi itu, dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani
yang ada sebelumnya.
Pada masa Turki Usmani tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, Asy’ariyah mendapatkan
tempatnya. Selain itu para ulama banyak menulis buku dalam bentuk syarah
(penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa
klasik.
j. Masa Pemerintahan Salim II (1566 – 1573 M)
Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase kemundurannya.
Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuni
diganti oleh Salim II. Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran
antara armada laut Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang
terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan
laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don
Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani).
Dalam pertempuran ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan
berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut
kembali.
k. Masa Pemerintahan Murad III (1574 – 1595 M)
Sultan Murad III berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa
nafsunya, namun Kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus
dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabnz, ibu
kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri
Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Namun
kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam
negeri.
l. Masa Pemerintahan Muhammad III (1595 – 1603 M)
Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III
yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan
menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan
pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul
Kerajaan Usmani.
m. Masa Pemerintahan Ahmad I (1603 – 1617 M)
Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri,
tetapi kejayaan Kerajaan Usmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai
memudar.
n. Masa Pemerintahan Mustafa I (1617 – 1623 M) dan Usman II (1618 – 1622 M)
Sesudah Sultan Ahmad I, situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I
(masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623
M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh
al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh
Usman II. Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki
keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan
perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak
mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.
o. Masa Pemerintahan Murad IV (1623 – 1640 M)
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad
IV. Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan.
Pasukan Jenissari’ yang pernah menumbangkan Usman II dapat dikuasainya.
Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil
menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
p. Masa Pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M)
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa
pemerintahan Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya
ini orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil
mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M.
Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat Amasia
di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana
menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan
peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah
Koprulu meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim.
Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali.
Karena itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun,
perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara
berturut-turut. Pada masa-masa selanjutnya wilayah Turki Usmani yang
luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh
negara-negara Eropa yang baru mulai bangun.
Pada tahun 1699M terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa Sultan
untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia
kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian
Dalmatia kepada orang-orang Venetia.
q. Masa Pemerintahan Mustafa III (1757 – 1774 M)
Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani di
sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat
dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III yang segera dapat
mengkonsolidasi kekuatannya.
r. Masa Pemerintahan Abd al-Hamid (1774 – 1789 M)
Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid, seorang
yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia
mengadakan perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan
Catherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain :
• Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut
Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi
selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.
• Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua
abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu
negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan
diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami
kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Usmani, tetapi
juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.
Di Mesir, kelemahan-kelemanan Kerajaan Usmani membuat Mamalik bangkit
kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik
kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari
Perancis tahun 1798 M.
Di Libanon dan Syria, Fakhral-Din, seorang pemimpin Dntze, berhasil
menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan
mengancam Damaskus. Fakhr al-Din baru menyerah tahun 1635 M.
Di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih jaya beberapa kali mengadakan
perlawanan terhadap Kerajaan Usmani dan beberapa kali pula ia keluar
sebagai pemenang.
Sementara itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara
pemimpin agama Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang dikenal dengan gerakan
Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai
beberapa daerah di jazirah Arab dan sekitarnya di awal paruh kedua abad
ke-18 M.
Pemberontakan-pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan Usmani ketika
sedang mengalami kemunduran. Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut
hingga abad ke-19 dan ke-20 M. Kerajaan Usmani berakhir dengan
berdirinya Republik Turki pada tahun 1924M.
(Sumber tulisan ‘anonim’, sehingga sebaiknya anda komparasikan dengan
tulisan lainnya yang berkaitan dengan sejarah TURKI USMANI)