Sebelum renovasi, bandara Husein kata Tulus kondisinya sangat kumuh, over capacity, sesak. Namun setelah diresmikan pada Rabu (6/4) wajah bandara kebanggaan kota Bandung ini sedikit berbenah.
Namun, menurutnya masih ada tiga hal yang menurutnya perlu dibenahi pihak pengelola. Pertama Area parkir yang sangat terbatas.
Menurutnya, jika terjadi peak sessionatau jam penuh penerbangan terjadi antrian yang sangat panjang dan semrawut. “Lebih ironis lagi, sekalipun hanya drop saja penumpang tetap dikenakan tarif. Ini jelas tidak adil,” kata Tulus dalam rilis yang diterima CNNIndonesia.com, Ahad (10/4).
“Apalagi konsumen asing dengan belanjaan banyak. Padahal jarak bandara dari jalan raya sekitar 200 meter,” kata Tulus.
Masalah ketiga dalam pelayananan bandara Hussein adalah pelayanan taksi yang sangat tidak standar. Itu terutama dari segi sisi tarif dan jenis armada. Pengemudi taksi kata Tulus sering menetapkan tarif secara sepihak dengan main tembak.
YLKI memberi masukan yakni dengan kondisi bandara yang sudah terlihat megah, seharusnya didukung dengan pelayanan pendukung yang prima.
Seharusnya, kata Tulus, tiga persoalan tersebut diselesaikan jika ada koordinasi yang kuat dan sinergis dengan manajemen PT Angkasa Pura 2, Mabes TNI AU, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
“Misalnya taksi okelah dikelola TNI AU, tapi mustinya ada Standar Pelayanan Minimal. Juga mestinya disediakan mobil antar jemput untuk menghubungkan bandara dengan jalan raya, agar tidak malu-maluin konsumen asing dengan rombongan besar,” kata Tulus.
Sumber : cnnindonesia