Garut, 27/04 (Beritalangitan.com) – Terletak di kaki Gunung Cikuray Garut, tak jauh dari kawasan Cikajang, meski sebenarnya di sini banyak terdapat pesantren tetapi yang cukup menarik perhatian untuk beritalangitan.com kunjungi adalah pondok pesantren Anshorul Huda, sebuah pesantren yang didirikan oleh KH. Darda Al-Ghifary, ia adalah salah seorang alumni Miftahul Huda Manonjaya, Anshorul Huda tepatnya berada di kampung Babakan Rt 03/01 desa Cigedug kecamatan Cigedug Garut.
Pesantren ini berdiri pada 4 Maret 1989, “27 tahun lalu disini masih berupa madrasah yang diamanatkan oleh mertua kepada saya” Kyai Darda mengisahkan, “dan alhamdulillah sekarang sudah berbentuk lembaga pesantren seperti ini”, lanjutnya.
Tangan dingin Kyai alumni Miftahul Huda Manonjaya ini memang telah berhasil mengelola sebuah madrasah kecil tempat anak-anak bermain dan belajar dan kini menjelma menjadi sebuah lembaga pesantren salafiyah murni yang memiliki jumlah santri bermukim lebih dari 200 orang, jumlah yang cukup fantastis untuk ukuran pesantren salafiyah di lingkungan yang memiliki banyak pilihan pesantren seperti ditempat ini.
Pesantren ini memiliki fasilitas bangunan yang cukup lengkap hasil tangan-tangan terampil para santri dan alumni, karena menurut Ustadz M. Yusuf Al-Baehaqi, ia adalah menantu Kyai Darda bahwa, “semua bangunan yang berdiri disini kecuali mesjid dibangun oleh santri dan alumni tanpa bantuan sepeserpun dana pemerintah, semua murni dari kami dan dari swadaya masyarakat”.


Para santrinya datang dari berbagai daerah baik dari Garut maupun daerah lain seperti Bandung, Pangalengan, Subang, Sukabumi bahkan dari Banten.
Tercatat sudah hampir 800 orang santri jebolan pesantren Anshorul Huda ini, alumninya terbentang dari Banten hingga Tasikmalaya, bahkan sudah ada beberapa alumni asal Garut yang kini bermukim di luar pulau Jawa, seperti di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Tiga program besar yang telah di amanatkan oleh uwa ajengan, memcetak ulama kalau tidak mencetak pemimpin yang bertaqwa, atau paling tidak mencetak manusia yang bertaqwa, dan salah satu dari tiga tujuan pesantren tersebut diharapkan dapat dicapai oleh santri di pesantren ini.
“Tak sedikit halang rintang yang di lalui oleh sang kiyai dalam membesarkan pesantren ini tetapi semua rintangan itu tak dijadikan penghambat, sebaliknya malah halangan tersebut dijadikan sebagai bumbu, sebagai penyemangat agar tetap pokus kepada tujuan awal yaitu ingin membesarkan pesantren salafiyah”. Ungkapnya.
“Kunci sehingga bisa seperti sekarang ini adalah ikhlas dalam segala hal dan memasrahkan kepada Allah atas apa yang telah kita usahakan”, pungkas kiyai asal Cihanjuang, Manonjaya Tasikmalaya ini. (cg)