Limbangan, 5/5 (beritalangitan.com) – Salah satu Kyai jebolan Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya yang sempat belajar langsung dari sumbernya yaitu KH Khoer Affandi adalah Kyai Didi Abdul Hadi yaitu pimpinan pondok pesantren Manarul Huda yang terletak di kampung Sukadana Desa Cigagade Kecamatan Limbangan Garut, pondok Pesantren ini didirikan 1993 oleh mertuanya KH. Ateng Ijjudin dan istrinya Hj. Siti Rahmah, dan kemudian setelah didirikan pesantren ini di kelola oleh Kyai Didi Abdul Hadi.
Menarik saat mendengarkan kisah bagaimana Kyai ini mulai tertarik untuk menimba ilmu tauhid di pesantren Manonjaya hingga akhirnya diterima dan diajar langsung oleh Uwa ajengan Khoer Affandi, setelah selesai menimba ilmu dan saatnya untuk bermukim sang guru menyuruh Kyai Didi untuk pergi ke jawa timur menemui salah satu sahabat untuk kembali menimba ilmu, namun sesampainya di jawa timur Kyai Didi disuruh kembali, dan akhirnya setelah kembali maka disuruh membuka sendiri sebuah pesantren dikawasan Pulosari, dan hingga akhirnya melanjutkan pesantren yang didirikan mertuanya hingga saat ini.
Meski sang Kyai ini sadar betul bahwa tidak mudah mendirikan sebuah pesantren salafi ditengah-tengah gencarnya program wajar dikdas 9 tahun yang dilaksanakan pemerintah, dimana minat masyarakat terhadap dunia pesantren jadi sangat terpengaruh oleh hal tersebut, namun dengan keyakinan dan kegigihan akhirnya pesantren tersebut dapat berdiri dan berkembang hingga saat ini.

Cita-cita dan keyakinannya sangat kukuh bahwa dengan pesantren akan dapat menciptakan manusia sholeh, dan akhirnya dapat melanjutkan menciptakan manusia sholeh selanjutnya, dirinya tak peduli meski banyak godaan dan dorongan dari pihak luar untuk berganti haluan menjadi sekolah formal, bahkan lebih jauh Kyai ini yakin bahwa pesantren salafi nantinya akan menjadi berang antik yang akan kembali diminati orang, karna harga jualnya yang tinggi.
Ada empat hal yang dijadikan yang dijadikan patokan yang diterapkanya ini hingga saat ini , yaitu seorang yang menimba ilmu pesantren akan melalui tahapan mu’alim (orang yang berilmu) Mua’dib (orang yang mendidik) Murabi (orang yang bertanggung jawab sepenuhnya) dan Mujahid (orang yang membangun).
Itulah keberhasilan sebuah kaderisasi yang diharapkan dari sebuah pesantren, dan dengan memukimkan santrinya berarti tahapan itu sudah lengkap dan itulah yang akan di dapatkan jika istiqamah dalam melahirkan kader, karena menurutnya dipesantren salafilah sebuah proses kaderisasi manusia sholeh di mulai dan dilahirkan. (team beritalangitan.com)
Komentar: sangat subhanallah skali ,psantren salafi yang berlabel manarul huda…dan sya sbgai satri manarul huda sangat brsyukur karna bru kali ini ku mondok menimba ilmu yg memiliki kualitas super energi akan tauhidnya
Terimakasih atas kunjungannya.
bapa kumaha daramang? sy deden alumni manarul huda dari indramayu. kangen pisan. Bapa makasih ilmu yg telah diajarkan pada saya…
kangen pesantren yg dulu penuh dengan kesederhanaan
Ingin mendengar dan meresapi kalam kalam UWA Ajengan (kh.Khoer Affandy) maka dengar kan lah kalam kalam dari guru kita mulia Al ‘alim billah APA Ajengan (kh.Didi Abdul Hadi) mulai dari logat bicara beliau dan materi-materi nya semua percis sedemikian rupa dengan UWA AJENGAN. Masyaallah tabarokallah.
Saya bangga menjadi bagian dari santri MANARUL HUDA Limbangan-Garut
#ULAHEREUNNGAJI!