Semarang, 23/7 (beritalangitan.com) – Bertaubat sebelum terlambat, mungkin itulah kata yang pantas untuk para preman yang ada di pondok pesantren ini. Di Semarang, Jawa Tengah ada sebuah pesantren yang diperuntukkan bagi para preman dan residivis yang ingin bertobat memperbaiki diri. Dengan dibimbing seorang ustaz para preman ini diajak kembali ke jalan yang benar.
Para santri yang sedang mengaji ini adalah mantan preman atau bandit jalanan. Ada juga residivis dengan berbagai kasus. Dari perampokan, narkoba, hingga pembunuhan. Namun, itu masa lalu yang sudah mereka kubur dalam-dalam. Kini mereka adalah santri Pondok Pesantren Tombo Ati di Jalan Perbalan, Semarang. Kadang disebut juga pesantrennya para preman.mengaji di pondok pesantren tombo ati
Muhamad Kuswanto atau Gus Tanto. Orang yang membimbing mantan preman ini untuk bertobat dan mengenal agama Islam. Dari 300-an santri Gus Tanto, ada yang datang dengan sendirinya, ada pula tak sedikit yang dijemput Gus Tanto ke terminal, stasiun, hingga pasar.
“Dilihat dari namanya tempat pondok saya ini; Perbalan yang beri nama orang Belanda, dari kata; Perbal. Artinya kalau diistilahkan bahasa hukum sekarang adalah di BAP (menjalani proses pembuatan Berita Acara Perkara_BAP) yang dilakukan Belanda karena kejahatan. Sebab, para warga di Perbalan ini dulu rata-rata sering di Perbal atau di BAP usai melakukan tindak kejahatan alias banyak yang jadi kecu (maling),” tegas Gus Tanto yang dilansir musmus.com di pesantren Istigfar, di Jalan Perbalan Purwosari I, Kota Semarang, Jawa Tengah.tukul dan pengasuh pesatren tombo ati
“Dari situ saya kemudian mengajak teman-teman waktu remaja berkumpul. Membuat jamaah yasin dan tahlil berkeliling pengajian dari rumah ke rumah. Mengapa dari rumah ke rumah? Kebetulan saat itu, marak kasus pencurian. Jangan kan motor dan mobil, wong sandal di depan rumah setiap hari hilang. Termasuk jika bangun rumah, materialnya harus dipindah biar tidak dicuri. Sehingga untuk mengurangi kasus pencurian itu kami mengaji yasin dan tahlil keliling setiap malam supaya sekitar rumah aman,” tuturnya.
Jamaah pengajianpun bisa berjalan. Meski harus dengan apa adanya dan dalam kondisi yang kurang khusyuk, namun, Gus Tanto tak putus asa dan tetap melakukan pengajian meski tidak sempurna.
Selain berangkat dari keresahan Gus Tanto akan kondisi tempat tinggalnya, salah satu kejadian membuat dirinya mempunyai niatan keras untuk membangun sebuah pesantren yang jamaah dan santrinya adalah beberapa preman dan mantan nara pidana (napi) berbagai tindak kejahatan dan kriminalitas. Sudah pasti, santri dan jamaahnya adalah mantan-mantan preman dan napi yang mempunyai masa lalu yang sangat kelam dan hitam.
Mulai saat itulah, pesantren Istikfar Tombo Ati yang diasuh oleh KH Muhammad Kuswanto yang akrab dan sering dipanggil Gus Tanto ini berdatangan jamaah santri yang rata-rata merupakan mantan preman dan napi. (nf)
Saya ingin bertobat di mna alamatnya