Wali Songo : Perintis Jalan Penyebaran Islam Di Jawa ( bag. 1 )

0
2158
Ilutrasi Wali Songo. Ditulis ulang oleh : Ruswandi
Ditulis ulang oleh  Ruswandi

Beritalangitan.com – Sebelum Nusantara kedatangan bangsa-bangsa penjajah kafir Barat dan Eropa, wilayah kekuasaan Islam di Nusantara hampir mencapai seluruh kepulauan Nusantara. Ini terjadi karena ketika itu peta kekuasaan politik dunia dibawah kekuasaan Islam. Oleh karena islam merupakan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin) tidak mengherankan apabila dalam abad-abad berikutnya, Nusantara menjadi target ekspansi wilayah khilafah Islam yang lebih gencar, khusus dimasa pemerintahan Islam yang berpusat di Utsmani.

Sejarah telah mencatat bahwa misi dakwah islam yang secara khusus ke tanah Jawa, telah dikirim atas perintah Sultan Muhammad I pada tahun 1404 yang saat itu jadi penguasa kekhalifahan Turki Utsmani (1394-1421) Sultan Muhammad I (Muhammad Jalabi) yang dikenal dalam sejarah sebagai pendiri Daulah Utsmaniyah ke-2,dilahirkan pada 781 H/ 1379 M dan wafat pada 824 H/1421M. Sultan Muhammad I diangkat menjadi penguasa pemerintah Utsmani sepeninggal ayahnya. Bayazid I ( wafat pada 805H/1402 M). Pada saat memerintah ia telah ikut terjun dalam 24 pertempuran dan ditubuhnya ada 40 bekas luka.

Demikian betapa teladan seorang sultan Muhammad I sebagai pemimpin, beliau tidak hanya menyebarkan dakwah Islam akan tetapi juga langsung menjadi komandan jihad terdepan dengan memobilisasi umat untuk kepentingan berperang di jalan Allah. Sifat kepemimpinan islam ini pula yang diwarisi oleh Sultan Muhammad Al-Fatih yang memimpin langsung pasukan perang islam dalam merebut Konstantinopel. Demikian juga Sultan Fattah Pati Unus Sultan Trenggono maupun Fatahillah dalam memerangi kaum kafir pribumi maupun bangsa kafir Eropa di Jawa dan di Malaka.

Dari garis silsilah Muhammad Jalabi lahirlah sultan Muhammad II yang kelak menjadi sangat terkenal karena berhasil menaklukan Konstantinopel pada 1453 M sehingga begelar Sultan Muhammad Al-Fatih .

Atas kehendak Allah dalam waktu yang bersamaan ditanah Jawa juga telah lahir Sultan Fattah yang pada tahun 1482M mendirikan kerajaan islam Demak-setelah runtuhnya Mojopahit lalu diiringi serentetan penaklukan di Tanah Jawa.

Pada awalnya ketika Mojopahit mulai mengalami keruntuhan akibat perang Paregreg (1404-1406) para saudagar Gujarat india menyampaikan perkembangan keadaan di Nusantara khusuanya Jawa kepada Sultan Muhammad I di Turki Utsmani. Diantara nya adalah berita bahwa di pulau jawa ada dua kerajaan Hindu  yaitu Mojopahit dan Pajajaran. Sebagian rakyat nya sudah ada yang beragama islam akan tetapi masih terbatas pada keluarga pedagang Gujarat dan Tiongkok yang menikah dengan penduduk pribumi terutama di kota kota pelabuhan yaitu Gresik, Tuban, dan Jepara.

Oleh karena Khilafah Islam Turki Utsmani pada awal abad ke -15  telah menjadi raja dunia dan mencapai puncak kejayaan nya yang pengaruhnya sampai ke Eropa, Asia, dan Afrika maka Sultan Muhammad I mengirim banyak duta penyebar islam keberbagai penjuru dunia termasuk Nusantara. Sedangkan di Asia tenggara yang saat itu masa akhir kejayaan Mojopahit dibawah Wikromo Wardhono,maka diutus pula sembilan Wali ke Jawa.

Jalur perjalanan dari Turki ke gresik ini dapat diperkirakan melalui Gujarat di India. Setelah itu singgah di ujung barat pulau Sumatera tepatnya di Pasai lalu ke Palembang. Kemudian ke tanah Jawa dengan melaui Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Rembang, Tuban hingga sampai ke gresik.dalam perjalanan para Wali menggunakan Kapal Layar melewati rute pelayaran dan perdagangan internasional sebagimana yang telah lazim pada saat itu.

Tidak seorang pun mereka dari pribumi Jawa asli. Sultan Muhammad 1 memberangkatkan tim dakwah ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dan sampai di gresik pada tahun 1404 M. Tim dakwah yang berjumlah sembilan orang tokoh inilah yang kemudian dapat di sebut Wali Songo.

Beberapa Pendapat Tentang Istilah Wali Songo

Istilah wali berasal dari bahsa arab artinya adalah tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. Bentuk prural nya adalah auliya  Al-Quran menyipati para wali Allah sebagai orang orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, Allah berfirman :

 أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ
لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِى الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمٰتِ اللَّهِ ۚ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Yunus : 62-64)

Dalam hadist disebutkan bahwa wali Allah adalah orang orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan menunaikan amalan wajib dan menambahnya dengan amalan sunah hingga Allah mencintai mereka. Dari Abu Hurairoh bahwa rasulullah bersabda “ Allah berkalam” Barangsiapa yang memusuhi waliku berarti telah mengumumkan perang terhadapKu atau Aku menyatakan perang terhadapnya. Tidaklah seseorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan apa yang telah aku wajibkan atasnya dan hambaKu tetap terus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan amalan sunah hingga Aku mencintainya.

Maka apabila Aku telah mencintainya, niscaya Aku menjadi pendengannya yang dengannya dia mendengar dan menjadi penglihatannya yang dengan nya dia melihat dan menjadi tangannya yang dengannya dia memukul dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Dan sungguh jika dia meminta kepadaKu niscaya Aku berikan kepadanya. Dan sungguh jika dia memohon perlindungan-Ku niscaya Aku melindunginya. Dan Aku membimbingnya kepada sesuatu maka Akulah pelaksananya. Jiwa hamba-Ku yang beriman selalu dalam bimbingan-Ku ia membenci kematian dan akupun membenci keburukan maut yang pasti menjemputnya.”

Hadist sahih ini yang paling jelas menyebutkan sifat sifat para wali Allah. Diantaranya adalah bahwa  barangsiapa yang menyatakan permusuhan kepada Wali Allah maka sama saja dirinya telah menyatakan perang kepada Allah dan Allah pun juga  menyatakan perang terhadapnya.

Sedangkan dalam pemahaman yang berkembang dalam ‘Urf ( tradisi ) di Jawa perkataan wali menjadi sebutan bagi orang yang dianggap keramat, yaitu orang suci yang memiliki karomah dalam bentuk kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada orang orang yang beriman dan bertaqwa. Meskipun sering dirancukan pula dengan sakti mandraguna dalam pengertian ajaran hindu Syiwo dan Buddho.

Bersambung……….

Sumber : Trilogi Revolusi Islam Di Tanah Jawa I Walisongo,Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa

Rachmat Abdulah ,S,Si.,M.pd.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.